Nasib : Septia Indah Pratiwi
Kritik puisi "Ke Kawah Putih" karya Shoim Anwar
Ke Kawah Putih
kujilati punuk-punuk Soreang
sawah-sawah berpetak di kaki gunung
rumah-rumah di jauh sana
seperti masa depan yang tenang dan sunyi
petani dan kerbau masih mencumbu nasib
melawan gedung-gedung yang tak kuasa ditampik
ke terminal Cipede kuangankan
bersama para pindang dalam angkot yang pengap
Kawah Putih yang jauh
Sejauh langkah penyair yang terus menggarap sajak-sajaknya
telah kau sisihkan sekolah pertanianmu
sebab tanah moyangmu terus mengerut
jadi semburat tumpukan semen dan batu bata
seperti nasib kita
Kawah Putih beralih ke investor yang menggelontor
Lalu apa kerja orang-orang kantor?
Bandung, januari 2015
Makna puisi "Ke Kawah Putih"
Dalam puisi menunjukkan nasib seseorang yang tinggal di desa berubah seperti tinggal di kota. Di desa penuh kehijauan pertanian yang tidak diperhatikan lagi. Dulu banyak sawah-sawah dan kerbau namun sekarang hanya tinggal nasib. Semua tergantikan dengan bangunan-bangunan gedung baru.
Kelebihan puisi:
Menggunakan diksi yang menarik sehingga pembaca tertarik untuk mengkritik dan mengetahui makna dari puisi tersebut.
Komentar
Posting Komentar